Translate

Jumat, 03 Agustus 2012

"Kedelai Turun, Petani Menjerit, Tak Ada yang Bela"


Ilustrasi. (Foto: Koran SI)- Kenaikan harga kedelai telah membuat para pedagang tempe tahu melakukan protes hingga mogok berjualan. Padahal, dengan tingginya harga kedelai menjadi peluang bagi para petani kedelai Indonesia.

Menteri Pertanian Suswono menjelaskan, kenaikan harga kedelai nampaknya karena dampak dari kekeriangan di Amerika Serikat (AS), sehinga produksi di amerika menurun. Inilah salah satu katalis yang menyebabkan kenaikan harga di pasar internasional.

Meski demikian, dia menilai dengan kenaikan harga kedelai ini akan memberikan dampak positif bagi para petani indonesia. "Saat ini harga kedelai domestik tidak membuat petani itu tertarik. Harganya dibanding dengan biaya produksi itu tidak memadai," ungkap dia kala ditemui di Jakarta, Rabu (25/7/2012).

Menurut dia, idealanya harga ideal di dalam negeri itu berada di kisaran Rp7-Rp8 ribu. Namun, saat ini kedelai dijual dengan harga Rp5 ribu, sementara produksi saat ini baru 1,5 ton. "Padahal potensi bisa sampai 2,7 ton. Jadi tidak menarik kalau harganya murah," tambah dia.

Karenanya, dia menilai kenaikan harga kedelai ini di satu sisi menarik bagi petani, karena membuat petani bergairah. "Di sisi lain ada konsumen yang diberatkan dengan harga kedelai yang tinggi. Tetapi sebetulnya, masyarakat itu mestinya tidak perlu panik," jelas dia.

Oleh karena itu, dia heran kenapa ketika harga naik, kok orang begitu sensitif ?. "Media pun memblowup begitu masifnya. Tetapi begitu harga turun, petani menjerit, itu tidak ada yang membela," tegas dia.

"Saya kira harus adil, karena petani kita pun harus di bela. Tetapi memang, sekali lagi akses petani terhadap lahan itu sangat penting untuk meningakatkan produksinya. Sehinga dia tidak menjual dengan harga yang tinggi," tambahnya.okezone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar